PENJUAL "COFFEE JESSICA" HANYA CARI SENSASI AGAR DAGANGANNYA TERJUAL


Jakarta - Pengamat Sosial Intan Erlita menganggap hal yang wajar adanya penjualan kopi yang diberi lebel "Coffee Jessica" di Surabaya. Sebab, kopi tersebut terinspirasi dari kasus kematian Wayan Mirna Salihin yang diduga tewas usai meneguk es Vietnam Kopi bercampur racun sianida di Kafe Olivier pada 6 Januari 2016.

Menurut Intan, masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan memanfaatkan momentum dalam berbisnis. Terlebih, saat ini bisnis kopi tengah naik daun di tengah kehidupan masyarakat.

"Ya itu karena cara dagangnya ambil momentum dan masih wajar kalau lebelnya kopi Jessica tanpa sianida. Penjualnya cari sensasi biar sukses jualannya. Karena masyarakat juga penasaran kasus (Jessica) juga buat penasaran," kata Intan.

Intan menjelaskan, penggunaan lebel "Coffee Jessica" tanpa sianida merupakan strategi marketing yang digunakan oleh penjual kopi. Hal yang sama juga pernah terjadi saat boomingnya goyang ngebor dari pendangdut Inul Daratista yang dimanfaatkan menjadi brand oleh warga.

"Waktu zaman goyang ngebor Inul juga dimanfaatkan masyarakat karena pada saat itu ada rumah makan goyang Inul dan apa-apa pakai nama goyang inul. Itu memanfaatkan moment aja," terangnya.

Meski demikian, Intan mengimbau penjual "Coffee Jessica" yang diketahui bernama Haris (29) segera meminta izin penggunaan lebel kopi tersebut kepada pihak keluarga Jessica Kumala Wongso. Pasalnya selain menggunakan nama Jessica, kemasan kopi tersebut juga memampangkan foto dari terdakwa pembunuh Mirna.

"Kalau menggunakan foto dari Jessica harus minta izin terlebih dahulu sebelum memasarkannya. Seharusnya ini mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak keluarga Jessica," tandasnya.
Unknown
Unknown

Latest
Previous
Next Post »